Ramadhan : Dari Waktu ke Waktu

Banyumas — Bandung — Jakarta

Muhammad Aziz Ali Mutia
4 min readApr 10, 2021

Ketika iklan marjan sudah ada di televisi maka menandakan bulan suci Ramadhan akan segera datang. Ramadhan tentu menjadi bulan yang spesial untuk umat muslim. Acara televisipun turut serta meramaikan euforia Ramadhan dengan acara-acara khasnya, sebut saja Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat hingga acara live saat sahur Stasiun Ramadhan.

Atau lagu-lagu religi yang dibuat spesial menyambut bulan Ramadhan, seperti Surga-Mu, Andai Ku Tahu, Tombo Ati, Ramadhan Tiba, hingga lagu Akhirnya dari Gigi yang sering jadi soundtrack sinetron edisi Ramadhan.

Buka dan sahur juga tentu menjadi momen spesial. Berkumpul bersama keluarga dan saling mersenda gurau. Menu buka puasa selalu menjadi spesial dengan variasi yang sangat beragam dan disajikan oleh orang tersayang.

Selepas shubuh dan sebelum maghrib juga menjadi waktu spesial untuk bercanda tawa dengan teman-teman. Mainan petasan hingga ngabuburit ke pinggiran desa menjadi momen untuk dikenang.

Tinggal di desa dengan nilai religi yang kuat tentu memaksa saya untuk memaksimalkan waktu Ramdhan sebaik mungkin. TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) yang mengharuskan anak didiknya mengisi Kultum (Kuliah Tujuh Menit) sehabis Ashar selalu ditunggu ibu-ibu yang sedang menyiapkan buka puasa untuk keluarganya. Termasuk ibu saya yang selalu menunggu ketika giliranku tiba.

Tapi kenangan itu dulu, saat masih tinggal bersama orang tua. Sejak 2012 lalu, aktivitas Ramadhan telah berbeda jauh, yah karena saya telah merantau ke Kota Bandung untuk melanjutkan pendidikan.

Ramadhan di Kota Bandung punya cerita lain, selain dipaksa harus mandiri ketika Sahur dan berbuka, saya juga harus mencari sendiri kegiatan-kegiatan positif untuk mengisi bulan suci Ramadhan, beruntungnya Masjid Salman ITB menyediakan itu.

Menikmati suasana di Masjid Salman ITB selalu dirindukan ketika Ramadhan tiba. Ekosistem di Masjid Salman ITB sungguh berhasil menjadikan euforia Ramadhan terasa oleh mahasiswa ITB dan masyarakat sekitar. P3R Salman berhasil menyediakan acara-acara yang luar biasa. Mulai dari inspirasi Ramadhan hingga ceramah tarawih yang diisi oleh tokoh luar biasa : Para Menteri, Mantan Menteri, Kepala Daerah dan tokoh nasional lainnya.

Poster Semarak Ramadhan di Masjid Salman ITB, sumber : www.itb.ac.id

Selain itu, Masjid Salman ITB juga menyediakan 1000 porsi makan gratis bagi jamaahnya setiap hari. Sebagai mahasiswa, tentu ini menjadi dorongan untuk selalu berada di lingkungan Salman.

Lain Bandung, lain dengan Jakarta. Sejak 2016 saya harus pindah ke Jakarta karena pekerjaan. Sebagai kota yang sibuk, membuat Ramadhan di kota ini begitu cepat berlalu, apalagi pada 2016 lalu saat masih pp Jakarta-Cileungsi, Bogor. Sudah menjadi kebiasaan buka puasa di jalan hanya dengan air putih. Kualitas ibadah-pun dipastikan menurun jauh dibandingkan ketika di Bandung.

Sejak memutuskan untuk ngekost di Jakarta, saya mencoba untuk menikmati euforia Ramadhan di kota ini dengan berkeliling masjid sekedar buka puasa, sholat tarawih atau itikaf -yang berujung tidur-. Bersama teman-teman (Dharmawan, Faisal, Ridho, Hanifan, Akta) dari mulai Masjid Istiqlal, Masjid Sunda Kelapa, Masjid Cut Meutia, Masjid Al-Azhar, Masjid At-Tin TMII, Masjid Ramlie Mustofa di Sunter, Masjid Raya Jakarta di Kalideres hingga Masjid UI Depok.

Selain ajakan buka bersama dengan berbagai lingkaran teman yang mengisi aktivitas Ramadhan di ibukota, saya habiskan waktu sahur dengan warga Ngapak di Mampang (Dani, Annas, Rio, Ciis, Dika, Syukron) lesehan di Warung Bu Ros yang jadi primadona saat itu.

Tahun 2017, 2018, 2019 saya-pun bersama teman-teman mencoba mencari keberkahan Ramadhan dengan berbuka bersama di panti asuhan.

Yuk Berbagi Tahun 2017
Yuk Berbagi Tahun 2018
Acara GF Berbagi di YASNI, Jakarta Selatan Tahun 2019
GF Berbagi Tahun 2019

Kemeriahan suasana Ramadhan juga terasa di kantor. Berbagai acara yang diselenggarakan DKM Masjid membuat Ramadhan terasa hidup, mulai dari Lomba Cerdas Cermat hingga Lomba Nasyid antar Eselon 1.

Tim Nasyid Kedeputian PIPM Tahun 2019

2020, kondisi berubah jauh. Pandemi Covid-19 membuat aktivitas sangat terbatas. Masjid sangat sepi atau bahkan tutup, karena tarawih-pun dianjurkan di rumah. Bertahan bersama Dani dan Annas di Mampang Prapatan di tengah pandemi Covid-19. Seringkali memanfaatkan promo gofood/grabfood atau memasak ala anak pramuka untuk buka puasa ataupun sahur.

Ramadhan semakin aneh, ketika larangan mudik itu datang. Mendengar kumandang takbir bukan di rumah menjadi pengalaman tak terlupakan waktu itu. Sedih? Tentu saja, tetapi demi kebaikan bersama.

2021, 3 hari menuju bulan suci Ramadhan, rasanya tak berbeda jauh dengan 2020 lalu. Walaupun Masjid diizinkan untuk menyelenggarakan kegiatan Ramadhan, namun semua masih terbatas. Belum lagi semua sahabat Mampang telah bermigrasi ke berbagai kota, tentu perjuangan sahur akan terasa berat sekali. Ditambah larangan mudik lebaran yang baru saja ditetapkan. Ah sudahlah…

Ramadhan dari waktu ke waktu begitu terasa perbedaaanya. Terlepas dari berbagai keterbatasan dan tantangan yang ada, semoga kita mampu melewati Ramadhan tahun ini hingga usai. Dan semoga kualitas ibadah kita jauh lebih baik dari Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Selamat menyucikan hati menyambut Bulan Suci Ramadhan.

Jakarta, 10 April 2021

--

--